Desember 22, 2012

Kekayaan Peninggalan Sejarah Suku Maya

Kalender paling tepat dan canggih yang pernah tercipta hanyalah salah satu dari sekian banyak peninggalan suku Maya kuno. Selain itu mereka juga meninggalkan jejak pada arsitektur, seni dan masakan, tutur para ahli.

Kalender Maya "Long Count" mengatakan sebuah era yang berusia lebih dari 5.000 tahun berakhir pada 21 Desember — kiamat bagi sebagian orang tapi malah menjadi alasan untuk bergembira bagi banyak orang lain di Meksiko dan Amerika Tengah, tempat berkembangnya peradaban Maya.

Jutaan wisatawan diperkirakan datang ke wilayah tersebut pada Jumat untuk merayakan kembang api, konser, dan tontonan lain yang diadakan di lebih dari dari 30 situs arkeologi.

"Kalender Maya bukan hanya soal perhitungan detik, menit dan jam," kata antropolog Guatemala, Alvaro Pop, anggota United Nations Permanent Forum on Indigenous Issues, kepada AFP.


Kalender tersebut juga merupakan model yang menunjukkan "gerakan benda langit dan caranya memengaruhi kehidupan manusia," jelas Pop.

Keahlian tersebut memungkinkan peradaban kuno Maya mendeteksi pengaruh benda langit pada pasang surut air laut, kelahiran dan tanaman, menurut Pop.

Namun kontribusi peradaban kuno — yang mencapai puncaknya antara tahun 250 hingga 900 — jauh melampaui pemahaman mereka tentang bintang-bintang, menyentuh segala hal mulai dari arsitektur hingga tekstil dan makanan.

Suku Maya adalah yang pertama menanam jagung, sekitar 3.000 tahun lalu. Saat ini, jagung menjadi bahan pokok dalam masakan di seluruh wilayah tersebut.

Suku Maya juga menjadi suku pertama yang menggunakan dan mengembangkan kakao dan, menurut beberapa orang, mereka mencetuskan ide membuat permen alami dari pohon daerah tropis dan merupakan pendahulu dari permen karet.


Suku Maya dan keturunan mereka, terutama di Guatemala, juga dikenal dengan kain warna-warni mereka, yang "merupakan ekspresi kehidupan paling indah dan eksplosif di benua ini dan di dunia," menurut Pop.

Peradaban mereka juga terkenal karena memiliki bahasa tulis yang sudah sempurna di Amerika era pra-Columbus.

Secara total, suku Maya berbicara 36 bahasa sepanjang sejarah mereka dan di daerah berbeda-beda. Banyak dari bahasa ini, yang menampilkan struktur tata bahasa yang sangat rumit, masih diucapkan dalam masyarakat adat.

Popol Vuh, kitab suci suku Maya, adalah contoh paling konkret dari kekayaan warisan bahasa tersebut. Buku mitologi tersebut menjelaskan penciptaan dunia, terutama dari orang-orang Quiche, salah satu dari berbagai kelompok etnis Maya.

Menurut antropolog Kosta Rika, Ana Cecilia Arias, arsitek suku Maya, yang membangun piramida mengesankan, dan keturunan mereka juga memberikan kontribusi signifikan, terutama dengan membantu desain gereja di wilayah tersebut.

Saat ini reruntuhan dari perkotaan besar dan pusat-pusat agama seperti Chichen Itza di semenanjung Yucatan, Meksiko, Tikal di Guatemala, Copan di Honduras dan Tazumal di El Salvador berdiri sebagai contoh kecemerlangan arsitektur Maya.

Mungkin warisan yang lebih penting dari suku Maya adalah manusia — jutaan keturunan etnis Maya saat ini tinggal di Amerika Tengah, terutama di Guatemala dan Meksiko.

Sebagian besar keturunan itu mencoba mempertahankan adat dan tradisi yang diwariskan dari nenek moyang mereka yang terkenal, meskipun mereka sering terperosok dalam kemiskinan dan dikucilkan masyarakat.

Desember 21, 2012

Pulau Bali Dulu Disebut Bally atau Jawa Minor

Sebelum dikenal dengan sebutan Pulau Bali, para pelaut asing dulunya menyebut Pulau Bali dengan berbagai sebutan seperti Bally, Boly, atau Ballie. Sementara pelaut Bangsa Spanyol menyebut Bali dengan sebutan Jawa Minor.

Pada tahun 1500 an, Pulau Bali tidak populer seperti saat ini. Para pelaut, pedagang, petualang, atau perompak bangsa Potugis yang berlayar sampai di Malaka tahun 1509 sampai di Maluku tahun 1601, hanya melintasi pesisir pantai  pulau Bali. Bangsa Portugis ini menyebut Bali dengan nama Bally, Boly, atau Ballie. Tujuan utama pelayaran mereka adalah kepulauan Maluku. Sesekali mereka singgah di pantai Bali. Namun kedatangan mereka bukan untuk berkunjung, tetapi hanya untuk mencari air bersih dan segera pergi untuk mencari rempah-rempah.

Bangsa Spanyol juga beberapa kali melintasi Pulau Bali. Mereka melihat pulau mungil yang disebut Jawa Minor, hanya dari atas kapalnya saja dan tidak berkunjung ke Pulau ini.

Catatan tertua mengenai Bali dibuat seorang Belanda bernama Lintgens. Ia merupakan salah seorang anak buah kapal yang dinakhodai oleh  pelaut bangsa Belanda, Cornelis de Houtman. Dalam laporannya, ia banyak menyanjung keindahan alam dan budaya kehidupan Bali. Jaman itu masyarakat dunia belum tertarik kepada Bali, karena tidak ada barang dagangan di Bali, seperti kayu cendana atau rempah-rempah.

Bangsa Belanda mulai tertarik pada Bali pada tahun 1601, dimana Belanda mengirim utusan resmi ke Bali dibawah pimpinan Admiral Cornells van Heemskerck dengan membawa surat dan hadiah-hadiah berharga dari raja Belanda Prince Maurits.

Raja yang berkuasa di Bali waktu itu menyambut baik utusan ini, dan ada kata-kata dari Raja: "Bali dan Belanda adalah satu".

Saat akan kembali ke Belanda, selain diberikan cendramata, Heemskerck juga dihadiahi seorang gadis Bali yang molek.  Heemskerck dengan halus menolak hadiah istimewa ini, tetapi raja mengatakan, bahwa kurang sopan menolak pemberian yang tulus.

Ucapan raja "Bali dan Belanda adalah satu" yang mengandung falsafah tinggi, tattwam asi, diartikan lain oleh orang Belanda, bahwa orang Bali sangat kompromis. Apa yang terjadi tahun-tahun kemudian ternyata Belanda sangat sulit untuk menaklukkan Bali.

Setelah Bali ditaklukkan Belanda pada awal abad 20, para arkeolog, antropolog dan budayawan Belanda menemukan peninggalan sejarah yang sangat luar biasa di Bali. Mereka baru mengerti kalau Bali yang "kecil" itu  menyimpan sesuatu sangat "besar" nilainya yang selama ini diabaikan bangsa Barat.

Setelah dipelajari mereka makin terpesona, sehingga mereka memproteksi Bali secara ketat. Bahkan penyebar agama yang disebut missionaries pun dihambat. Kedatangan turis juga dibatasi oleh para budayawan Belanda terutama Dr. H.N. van der Tuuk,  J.F. Liefrinck dan Dr. R.Goris. Tahun 1928, mereka mendirikan suatu badan berbentuk  yayasan dengan nama "Stichting van Liefrinck en Van der Tuuk" yang diresmikan oleh J. Caron, resident Bali dan Lombok.

Setelah itu para peneliti asing bersama-sama dengan para cendekiawan Indonesia mengadakan penelitian terhadap sejarah Bali bersumber dari babad dan naskah kuna lainnya peninggalan kerajaan-kerajaan di Bali dan Jawa. Mereka dalah Prof. Brandes, Berg, Kern, Krom, Pigeaud, Teeuw, Uhlenbeck, and Zoetmulder, dan banyak lainnya.

Pada "jaman Belanda" itu juga muncul babad-babad baru, seperti babad Mengwi, Babad Buleleng, Babad Tabanan dan banyak lagi bermunculan setelah itu.

Sampai sekarang pulau Bali yang mungil ini tetap menjadi "santapan yang lezat" bagi para peneliti baik yang tua maupun peneliti muda dari seluruh dunia. Sepertinya mereka berlomba untuk membuka tabir yang menyelimuti kekayaan budaya Bali yang dianggap masih penuh misteri dengan kulitnya yang berlapis-lapis.

Desember 18, 2012

English Course#7 "The Hardest Week"

     This week maybe is the hardest week, yes it because to many final project and homework in every courses.  Maybe this is they call "College" as a student. And you have to think about a good grade, good value, good in everything. All students maybe don't want to be defeated. They are try to defeat the other students, try to look for some opportunity to emerged as the winner. If you can't hold on, you will lose this game. And finally in the end there will only loser and chosen. So you have to think to win this competition, and set the strategy to be a winner or never.

     This strategy mean a good strategy, a reasonable strategy to win this competition, not just only to  try to push your friends in every opportunity and win with the fraudulent manner. Just don't be so selfish. I think every students has a same opportunity, but some students don't want to show off probably. They wait for a good opportunity and defeat you with different way. It's okey, at least they are not so selfish. And the important thing is also you need to keep your friendship, to keep your relationship running well with your friends. 

     Imagine if you are big person, and you always do what you want to do, without think the impact later. How do you feel? maybe you will proud with yourself. But look outside, look the other people besides you. Maybe the will think you are so selfish. No one know what they are said to you. And they will walk away from you. If I were you I prefer to be a simple person but I have a lot of friends beside me. That's more important than to be a great person without someone beside you. 
  
     With friends you can share your problem, they will give you a solution from your problem. They can helps you to be better. Or maybe they can heal your broken hearts or be the replacement probably. Life without friends is same with life without family or love. Feel so alone, feel so empty and feel you're not alive. Just simple, be who you are, do everything you can, and don't be so selfish. Make yourself feel better. Cause I want everyone to be my friends. No matter who you are.